RADARKENDARI.COM – Orang Tua Wali siswa SMA Negeri 5 Kendari mendukung penuh pembangunan masjid disekolah.
Dukungan disampaikan Catur Erfi salah satu perwakilan orang tua siswa. Menurut Catur, pembangunan masjid sekolah sangat penting sebagai sarana peningkatan iman dan takwa peserta didik.
“Saya mewakili orang tua siswa sangat mendukung pembangunan masjid ini. Program ini sangat luar biasa, Idenya brilian,” ungkap Catur, Kamis (05/09/2024).
Catur menambahkan, terkait partisipasi kelanjutan pembangunan masjid merupakan inisiatif dari seluruh orang tua siswa SMAN 5 Kendari dan telah disepakati bersama pengurus komite sekolah.
“Ini (partisipasi) kami anggap sedekah untuk pembangunan masjid. Karena masjid ini sangat bermanfaat bagi anak dan masyarakat. Kami sangat mendukung,” ungkap Catur.
Senada, Emilya salah satu orang tua wali peserta didik SMAN 5 Kendari sangat mendukung kelanjutan pembangunan masjid sekolah. Menurutnya, pembangunan masjid harus berlanjut karena kondisi masjid saat ini belum aman karena belum memiliki pagar pengaman.
“Saya lihat masjidnya konstruksi lantai dua tapi belum ada pengamannya. Saya khawatir jika terjadi apa-apa ketika anak sedang beribadah. Mesjid ini harus dibangun dan saya siap untuk menyumbang. Tidak ada yang paksa kami menyumbang untuk pembangunan masjid ini. Murni keikhlasan saya dan orang tua siswa lainnya,” ungkap Emilya.
Sebelumnya, Pengurus Komite SMA Negeri 5 Kendari membantah keras pemberitaan salah satu media online yang menyebut terjadi pungli dalam pembangunan masjid sekolah.
Pengurus Komite SMA Negeri 5 Kendari, Prof.La Taena mengatakan, pembangunan masjid SMA Negeri 5 Kendari merupakan inisiatif dari Pengurus Komite Sekolah dan Orang Tua Siswa yang telah melaksanakan rapat bersama.
“Tidak benar pungutan liar. Kami belum menarik (menerima) uang (pembangunan masjid) sampai sekarang. Dan baru hanya sebatas putusan orang tua, pengurus komite dan guru terkait rencana kelanjutan pembangunan masjid,” ungkap Prof. La Taena, Kamis (05/09/2024).
Prof. La Taena mengungkapkan, inisiatif pembangunan masjid dilakukan karena tingginya animo peserta didik dalam melaksanakan ibadah.
Saat ini, kata La Taena, siswa terpaksa harus salat secara bergantian karena ruang masjid yang sempit. Disisi lain, masjid yang sementara dibangun saat ini belum terbangun sempurna karena beberapa bagian masih dalam pengerjaan dan cukup membahayakan siswa karena konstruksi lantai dua.
“Awalnya saya melihat masjid yang dibangun di SMA Negeri 5 Kendari ini saya melihat masih terbengkalai. Kurang lebih tiga tahun dibangun belum selesai pembangunannya. Kemudian saya ikut salat didalamnya bersama siswa. Salat dilakukan bergantian karena keterbatasan ruangan,” ungkap Prof. La Taena.
“Sebagai pengurus komite, kami merasa bersalah jika tidak membangun masjid ini. Saya sebagai pengurus komite mengundang para orang tua untuk berpartisipasi dalam pembangunan masjid ini,” tambahnya.
Ia memastikan, kelanjutan pembangunan masjid ini murni dari dukungan orang tua dan pengurus komite dan bukan dari pihak sekolah.
“Sesuai hasil rapat dengan orang tua, diputuskan biaya partisipasi sebesar Rp ribu per bulan. Tetapi partisipasi ini tidak dipaksakan. Melainkan secara sukarela dan seluruh peserta rapat saat itu menyepakati keputusan untuk melanjutkan pembangunan masjid,” ungkap Prof.La Taena.
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 5 Kendari, Sofyan Masulili mengaku terkejut mendapatkan informasi terkait pungli pembangunan masjid.
Menurutnya, partisipasi kelanjutan pembangunan masjid merupakan inisiatif dari orang tua siswa bersama pengurus komite yang telah melaksanakan pertemuan.
“Saya kaget, karena berita itu (pungli) tidak sesuai dengan fakta yang ada. Saat rapat saya tidak ikut memutuskan. Apapun keputusan orang tua dan pengurus komite maka saya terima,” ungkap Sofyan Masulili.
Sofyan menambahkan, partisipasi kelanjutan pembangunan masjid bukan menjadi syarat bagi peserta didik dalam mendapatkan pelayanan di sekolah.
“Tidak ada kaitannya antara pembangunan masjid dengan proses belajar mengajar di sekolah. Antusias orang tua untuk melanjutkan pembangunan masjid untuk anak-anak meraka cukup tinggi,” ungkap Sofyan.
“Semua dilakukan untuk peserta didik. Sama sekali tidak ada paksaan karena semua berdasarkan hasil pertemuan pengurus komite sekolah dengan orang tua siswa,” pungkasnya. (sof)