UMPAN BALIK KONSTRUKTIF DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI

oleh -20653 Dilihat
*Penulis : Muliati Dolofu, AM. Keb, SKM, MHPE, FFRI (Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari)

Pagi itu, seorang mahasiswa berdiri di lobi layanan konsultasi psikologi kampus.

Setelah bertanya pada petugas jaga untuk meminta layanan konsultasi, mahasiswa tersebut dihadapkan pada keadaan bahwa layanan untuk bulan tersebut sudah penuh dan harus menunggu hampir dua bulan untuk mendapatkan layanan.

Mahasiswa tersebut menyampaikan bahwa ia tidak bisa menyelesaikan tugas akhir dengan kondisinya saat itu, lalu akhirnya ia diberikan kontak beberapa layanan psikologi di daerah tempat berkuliah.

Singkat cerita, mahasiswa tersebut akhirnya bisa berkonsultasi dengan psikolog terkait pengalaman yang dialami. Mengapa ia mesti ke psikolog? rupanya di suatu waktu pernah mendapat umpan balik yang kurang baik, sehingga sangat mempengaruhi kondisi mentalnya.

Umpan balik (feedback) merupakan elemen yang esensial dalam proses pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran menjadi bermakna dan mendalam.

Umpan balik adalah proses dimana dosen/ pengajar memberikan penguatan dan dorongan untuk pengulangan terhadap perilaku/ performa positif/ baik, melakukan koreksi terhadap hal-hal negatif disertai motivasi untuk berubah, serta mengidentifikasi hal-hal yang membutuhkan peningkatan dari performa mahasiswa/ peserta didik.

Berdasarkan ilustrasi di atas, seorang pendidik penting untuk memberikan umpan balik konstruktif untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin akan dirasakan oleh mahasiswa, di sisi lain mahasiswa juga dapat mengkondisikan diri saat mendapat umpan balik sebagai suatu “niat baik” dari dosen untuk “perubahan ke arah yang lebih baik”.

Dengan pemahaman yang “baik” dari mahasiswa, rencana tindak lanjut untuk perbaikan bukan menjadi pengabaian, akan tetapi dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah disepakati antara mahasiswa dan dosen/fasilitator.

Terkait dengan proses pemberian umpan balik, terdapat banyak teknik yang dapat digunakan, diantaranya metode Sandwich, DESC (describe, express, specify, consequences), dan Pendleton.

Setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan, no one size fits all. Dalam teknik Sandwich misalnya, saat umpan balik akan diberikan, seperti sandwich yang memiliki beberapa lapisan, umpan balik diawali dengan hal-hal baik yang sudah dilakukan (positive feedback), lalu dilanjutkan dengan hal-hal yang kurang baik dan perlu dikoreksi melalui pemberian umpan balik yang membangun (negative feedback-constructive feedback), dan diakhiri dengan kembali memberikan penguatan terhadap hal-hal baik yang telah dilakukan (positive feedback) oleh peserta didik.

Dalam prosesnya, pemberian umpan balik konstruktif diawali dengan perencanaan dan termuat dalam item penilaian pembelajaran sebagai penilaian formatif dan diakhiri dengan rencana aksi untuk peningkatan performa peserta didik.

Proses ini perlu didukung oleh iklim belajar positif untuk mendukung kerja sama antara dosen dan mahasiswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Seorang dosen sebagai fasilitator pun penting melakukan refleksi terhadap keterampilan pemberian umpan balik di setiap akhir sesi dan meningkatkan kapasitasnya dari waktu ke waktu.

Selain itu, pemberian umpan balik secara reguler diharapkan dapat menjadi bagian dari proses belajar mengajar dan membudaya dalam institusi pendidikan tinggi.

Umpan balik konstruktif memiliki peran dalam mendorong proses belajar mengajar, diantaranya meningkatkan kepercayaan diri peserta didik, motivasi untuk belajar dan hubungan baik antara pendidik dan peserta didik.

Umpan balik juga mendorong peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap kemajuan yang diperoleh, sehingga memberi motivasi untuk meningkatkan performa dan mampu mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan perbaikan dan peningkatan, serta mendorong untuk pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning).

Pembelajaran sepanjang hayat merupakan sebuah keterampilan yang sangat berharga melalui proses belajar yang berlangsung sepanjang usia dan tidak hanya terbatas di pendidikan formal, yang dilakukan secara terus menerus dan tanpa ada paksaan, serta mencakup berbagai hal, baik pengetahuan, keterampilan, insight, maupun nilai-nilai.

Proses ini akan memperluas cakrawala berpikir, meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, meningkatkan kreativitas dan mendorong inovasi. Dalam lingkup yang lebih besar, hal ini akan meningkatkan kualitas masyarakat dan ketahanan negara. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.